Mata
Kuliah : ENTOMOLOGI
Dosen :
H.Hamsir Ahmad, SKM., M.Kes
MAKALAH
“PERANAN SERANGGA
BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN”
Oleh:
Efraim Suwendy Kanna Tasik
(PO.71.3.221.15.1.014)
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
PRODI DIPLOMA III
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana yang berjudul “PERANAN SERANGGA BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN”.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
Makassar , 23 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 2
Tujuan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB 2 PEMBAHASAN
Manfaat Serangga . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Dampak Negatif Serangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 12
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
Saran . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Daftar Pustaka . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca
"insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari
bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam").
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat
adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali
sukses berkolonisasi di bumi. Serangga merupakan hewan yang
beraneka ragam. Serangga kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga banyak
dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Serangga lebih banyak menyerang tumbuhan
meskipun ada juga serangga yang tidak menyerang tanaman maka dari itu serangga
termasuk katagori hama bagi manusia. Beberapa serangga juga memiliki manfaat
meskipun banyak serangga yang merugikan manusia seperti walang sangit, wereng,
ulat, dan lainnya. Tetapi kebanyakan serangga juga sangat berguna bagi
kehidupan manusia.
Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera,
isoptera, thysanoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera,
dan hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu
diantaranya tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian, serangga juga termasuk
kelas insekta, tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki 2 tipe metamorphosis
yaitu paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya
cukup beragam, yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. Bentuk antena serangga
bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai “pedoman” untuk mengidentifikasi
famili serangga.
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk
limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan
maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai
ekonomi tinggi, dan penghasil madu.
B. Rumusan masalah
1. Apa peran positif serangga dalam kehidupan manusia?
2. Apa peran positif serangga bagi lingkungan sekitar?
3. Apa dampak negatif serangga dalam kehidupan manusia?
4. Apa dampak negatif serangga bagi lingkungan sekitar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran positif serangga dalam kehidupan
manusia.
2. Untuk mengetahui peran positif serangga bagi
lingkungan sekitarnya.
3. Untuk mengetahui dampak negatif serangga bagi
kehidupan manusia.
4. Untuk mengetahui dampak negatif serangga terhadap
lingkungan sekitarnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian serangga
Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan
di muka bumi, yaitu dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di
bumi. Total dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies
terdapat di Indonesia (Kalshoven 1981) dan sebanyak 1.413.000 spesies telah
dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi penambahan spesies baru yang
ditemukan (Borror,1998).
Alasan ini yang menyebabkan serangga berhasil dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas
dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang
berbeda dan dalam mengindari predator (Borror,1998). Berdasarkan kondisi
tersebut, keberadaan serangga sebagai bagian ekosistem, dan perannya dalam
kehidupan manusia sangat besar. Pemanfaatan yang bijak dapat memberikan manfaat
dalam kehidupan manusia, baik yang dibuat ataupun yang alami, seperti
pemanfaatan serangga di bidang kedokteran, pertanian, pangan dan lain
sebagainya. Begitupun sebaliknya,populasi serangga yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan wabah penyakit, bersifat sebagai hama, dan bahkan merugikan
pertanian.
Praktek pemanfaatan serangga dalam kehidupan manusia
semakin komplek dari masa ke masa, mulai dari pemanfaatan sebagai pollinator
pertanian sampai penelitian tingkat molekuler di bidang ke dokteran.
a) Manfaat serangga bagi kehidupan manusia
§
Sebagai bahan
konsumsi
Indonesia maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai bahan
konsumsi karena serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah
vitamin dan mineral. Di Thailand, masyarakat disana biasanya memakan serangga
dalam bentuk telur, larva, atau dewasa baik dimakan mentah maupun olahan yang
dapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Di Indonesia, hanya
beberapa masyarakat yang mengkonsumsinya. Serangga yang biasanya dikonsumsi
seperti laron, capung, belalang,jangkrik, rayap dan ulat sagu.
§
Sebagai bagian
penting dalam ekosistem
Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat
penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa
kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan
tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peran serangga dalam ekosistem
diantaranya adalah sebagai :
-
Pollinator
Serangga secara tidak langsung berperan dalam proses
polinasi, karena serangga hanya bertujuan untuk mendapatkan nektar yang merupakan
sumber makanannya. Terjadinya polinasi, karena secara tidak sengaja serbuk sari
menempel dan terbawa pada tubuh serangga (Satta et al, 1998). Lebah bukan
satu-satunya serangga yang bertugas memperlancar penyerbukan bunga. Namun ia
merupakan serangga satu-satunya, yang dalam menjalankan tugasnya, tidak
menimbulkan akibat samping yang merugikan tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu
misalnya, tak ada yang menyangkal bahwa kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu
membantu menempelkan serbuk sari pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan
mempermudah proses pembentukan buah. Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang
kadang kelewat mahal. Ratusan butir telurnya yang menempel pada daun, akan
menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung
tapi malah buntung dalam arti sebenarnya.
Lebah merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman
yang paling penting di alam dibandingkan angin, air, dan serangga lainnya.
Banyak peneliti mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan produksi jika sejumlah koloni
lebah diletakkan di sekitar lokasi tanaman. Lebah memiliki organ khusus untuk
mengambil nektar, yang disebut probosis. Lebah memiliki probosis, bentuknya
seperti belalai pada gajah. Probosis memiliki kemampuan mengisap cairan nektar
pada bunga. Aktivitas terbang lebah mengumpulkan nektar dan polen berlangsung
sejak pagi sampai sore hari. Pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga
yang dihasilkan oleh bunga sebagai sel-sel kelamin jantan pada tumbuhan. Pollen
diperlukan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan
sedikit karbohidrat dan mineral. Aktivitas lebah tersebut dilakukan secara
tidak sengaja pada saat pencarian nektar dan tepung sari sebagai pakan untuk
koloninya. Di Eropa dan Australia berkembang jasa penyewaan koloni serangga
untuk penyerbukan yang melepas kawanan lebah menjelang tanaman berbuah.
-
Dekomposer
Serangga memeliki peranan yang sangat penting dalam
proses dekomposisi terutama di tanah. Kotoran atau feses dari hewan dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan
dipermukaan tanah dapat mematikan atau memperlambat pertumbuhan tanaman rumput,
serta menyebabkan tanaman di sekitarnya kurang disukai ternak sapi. Selain itu
kotoran atau tinja tersebut dapat pula sebagai tempat meletakan telur bagi
vektor pembawa penyakit, dan merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada
saluran pencernaan ruminansia. Namun dengan keberadaan beberapa spesies kumbang
pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et
al., 2005). Kumbang yang bersifat dekomposer biasanya merupakan anggota dari
ordo Coleoptera, dan famili Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang
tinja. Kumbang ini memiliki perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di
sekitar tinja, dengan demikian kumbang tinja sangat membantu dalam menyebarkan
dan menguraikan tinja sehingga tidak menumpuk di suatu tempat. Aktifitas ini
secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga juga
berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya. Dengan membenamkan tinja, kumbang
dapat memperbaiki kesuburan dan aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus
nutrisi. Dekomposisi tinja pada permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan
penurunan pH tanah setelah 9 minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium,
fosfor, magnesium, dan kalsium sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja
(Gallante, E. dan Garcia, A.M,.2001).
Satu contoh lagi Serangga yang manfaatnya sebagai
dekomposer adalah rayap. Dijelaskan, dalam biosfera pada dasarnya rayap
merupakan bagian dari komponen lingkungan biotik yang memerankan peranan
penting, seperti dapat membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara
menghancurkan kayu untuk mengembalikannya sebagian unsur hara dalam
tanah.
Rayap merupakan serangga yang dianggap penting sebagai
dekomposer, dapat diinformasikan bahwa kehadiran rayap sejak awal mula adalah
sebagai organisme pemakan kayu (bahan organik). Namun karena perubahan kondisi
habitat akibat aktifitas manusia sehingga mengubah status rayap menjadi
serangga hama yang merugikan. Rayap adalah hama penting pada tanaman karet,
Rayap menyerang pada akar dan batang tanaman karet yang mengakibatkan pelukaan
jaringan sehingga mengalami kerusakan. Pada tingkat serangan yang berat
mengakibatkan tanaman karet mengalami kematian dan rebah. Rayap banyak
mengganggu tanaman tetapi rayap berguna juga untuk keseimbangan tanah.
-
Predator
Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga
berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga
berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama
serangga lain. Seperti yang dilaporkan oleh Marheni (2003) bahwa, wereng batang
coklat mempunyai banyak musuh alami di alam terutama predator, mencapai 19–22
famili dan parasitoid 8–10 famili. Predator–predator tersebut cocok untuk
pengendalian wereng batang coklat karena kemampuannya memangsa spesies lain
(polyfag) sehingga ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat
populasi wereng tersebut rendah atau di luar musim tanam. Dari hasil
penelitiannya, dapat diketahui bahwa predator Paradosa pseudoanulata merupakan
predator yang paling efektif dalam menekan populasi wereng batang coklat dan
intensitas serangan terhadap padi. Dalam Santoso (2007) melaporkan pula bahwa
terdapat sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto), dimana
larvanya dapat menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo yang berada dalam
lubang tebu dan menghisap cairan haemolimpnya sampai mati kering.
Laba-laba adalah contoh pemangsa lain yang dikenal
secara umum. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring. Laba-laba tersebut
menunggu di jaringnya sampai
serangga yang terbang terperangkap. Laba-laba
mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan langsung memakannya.
Kadang-kadang menyimpannya untuk dimakan kemudian. Beberapa jenis laba-laba
lainnya tidak membuat jaring, tetapi berpindah-pindah dalam kebun untuk memburu
mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis serangga pemangsa.
Serangga tersebut berburu, membunuh dan memakan serangga lain. Contohnya adalah
tawon kertas. Selain itu, ada juga yang disebut serangga pemangsa telur yang
mencari dan memakan telur hama seperti telur penggulung pucuk. Contohnya adalah
cecopet. Serangga lain yang merupakan pemangsa termasuk belalang sembah,
kumbang kubah kumbang harimau, kumbang tanah, lalat buas, capung, dan beberapa
macam kepik
-
Parasitoid
Serangga parasitod merupakan serangga yang berperan
sebagai parasit serangga lain. Spalangia endius dan S. nigroaenea serta
Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah
dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup
bebas (Koesharto, 1995). Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya
berupa nektar dan haemolim inang. Haemolim inang digunakan dalam pembentukan
dan pematangan telur sedangkan nektar dipelukan sejak awal sebagai sumber energi.
Berbeda dengan diptera yang memiliki alat penusuk pada proboscisnya, parasitoid
termasuk dalam ordo Hymenopteratidak dapat menembus kulit puparium.cairan
hemolom diperoleh dari rembesan yang keluar waktu menusukan ovipositor ke dalam
pupa lalat (Stireman, et al., 2006).
Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo
hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian
kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki
keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan 20.000 – 25.000 spesies, sekitar
80% spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya
berlimpah pada ekosistem daratan. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai
pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa
induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang
tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan
arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan
keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Parasitoid
dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis
terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa
keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali
lebih besar daripada pemangsa.
-
Bioindikator suatu
ekosistem
Serangga tergolong hewan yang sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau
tekanan pada suatu ekosisitem dimana ia hidup. Penggunaan serangga sebagai
bioindikator kondisi lingkungan atau ekosistem yang ditempatinya telah lama
dilakukan. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk
mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem. Serangga akuatik selama ini
paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu
daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera,
Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kelimpahan atau kehadirannya
mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar atau tidak, karena
serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar.
Larva Odonta juga berpotensi sebagai bioindikator
pencemaran air, karena larva ini sangat sensitif terhadap perubahan kualitas
air. Bila kualitas air sungai sebagai habitatnya tercemar, maka larva odonata
akan mati. Tidak adanya serangga Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut
telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah
tercemar. Serangga lainnya yang juga berpotensi sebagai bioindikator di
antaranya Lepidoptera yaitu sebagai indikator terhadap perubahan habitat,
kumbang Carabidae sebagai bioindikator manajemen lahan pertanian dan spesies
semut untuk indikator kondisi agroekosistem pada suatu daerah.
Penggunaan bioindikator akhir-akhir ini
dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya
keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Pentingnya
penentuan dan pemanfaatan serangga sebagai indikator serta pengujian hipotesis
dalam menominasikan suatu spesies atau kelompok serangga tertentu sebagai suatu
bioindikator. bioindikator atau indikator ekologis adalah taksa atau kelompok
organsime yang sensitif terhadap dan memperlihatkan gejala terpengaruh terhadap
tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan sistem
biotik.
· Penentu waktu kematian mayat
Pada perkembangannya, kelompok-kelompok serangga
nekrofagus yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari
ordo Diptera, Coleoptera, Hymenoptera (terutama semut), dan beberapa
Lepidoptera (Jiron & Cartin, 1981). Serangga-serangga tersebut diklaim dapat
menentukan waktu kematian mayat dengan sangat pas, bahkan melebihi teknik lain.
b) Dampak negatif serangga bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya
Dalam kehidupan manusia, serangga juga berdampak
negatif antara lain :
-
Sebagai hama pertanian
Serangga juga dapat sebagai perusak tanaman seperti
wereng cokelat yang dapat merusak tanaman padi. Serangga tersebut juga memiliki
kekebalan terhadap pestisida karena memiliki kemampuan berubah pada genetiknya.
Serangga hama ada yang menimbulkan kerusakan secara langsung atau memakan
langsung tanaman, ada juga yang sifatnya sebagai vektor virus.
-
Sebagai
penyebar penyakit
Para peneliti di Amerika Serikat telah
mengidentifikasi kecoa sebagai salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus
asma di kalangan anak-anak. Di sejumlah kawasan permukiman di New York City, di
mana kasus asma banyak ditemukan, anak-anak sering terpapar alergen dari kecoa
sehinga mereka menjadi sangat rentan terhadap serangga tersebut. Para ahli dari
Columbia University menemukan, anak-anak yang tinggal di kawasan permukiman
dengan prevalensi asma yang tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi
memiliki antibodi terhadap protein kecoa di dalam darah mereka, Suatu pertanda
bahwa mereka telah terpapar serangga tersebut dan diduga alergi terhadap hewan
itu.
Lalat rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya
hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor. Selain hinggap, lalat juga
menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika
hinggap di tempat berbeda. Pakan yang dihinggapi lalat akan tercemar oleh
mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus
yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat tersebut. Oleh karena itu
lalat dianggap sebagai penyebar berbagai penyakit kepada manusia maupun hewan,
-
Sebagai perusak
bangunan
Serangga jenis rayap selama ini dikenal sebagai
perusak bangunan maupun bagian bangunan atau peralatan yang berbahan dasar
kayu. Hal itu erat terkait dengan kemampuan makannya yang sangat cepat. Rayap
menyerang bangunan disebabkan adanya sumber makanan,baik yang terdekomposit
pada kayu-kayu struktur dan non struktural maupun bahan berselulosa lainnya.
Disamping itu, kondisi dan konstruksi bangunan juga merupakan faktor pendorong
tingginya ancaman serangan rayap.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan
di muka bumi, yaitu dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di
bumi.
Dengan jumlah yang sangat melimpah, serangga memiliki
manfaat bagi manusia dan lingkungan adapun manfaatnya adalah :
·
Sebagai bahan
konsumsi
·
Sebagai bahan penting
bagi ekosistem
-
Pollinator
-
Dekomposer
-
Predator
-
Parasitoid
-
Bioindikator
ekosistem
Adapun dampak negatif serangga adalah :
·
Sebagai hama
pertanian
·
Sebagai penyebar
penyakit
·
Sebagai perusak
bangunan
B. Saran
Dengan
menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah saya di
kemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Galante, E., and Gracia, A.M., 2001. Decomposer
Insect. South African Journal of Sciences
75:257-260.
Koesharto, F.X., 1995. Mass Rearing of Arthropod
Parasitoid (Hymenoptera:Pteromaldae) of Poultry and Cattle Farm’s Filth Flies.
Marheni, 2003. Kemampuan Beberapa Predator pada
Pengendalian Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.).
Jurnal Natur Indonesia 6(2): 84-86 (2004) ISSN
1410-9379. Santoso, M. B., 2007. Predator Musuh Alami yang Berguna.
Satta,A., Acciaro,M., Floris,I., Lentini,A., and
Sulas, L., 1998. Insect Pollination of Sulla(H edysarum coronarium L.) and Its
Effect on Seed Production in a Mediterranean Environment. CIHEAM – Options
Mediterraneennes pgs 373-377.
Shahabuddin, 2003. Pemanfaatan Serangga Sebagai
Bioindikator Kesehatan Hutan. Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program
Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2003.
Shahabuddin, Hidayat,P., Noerdjito,W.A., and Manuwoto,
S., 2005. Research on Insect Biodiversity in Indonesia: Dung Beetles
(Coleoptera:Scarabaeidae) And Its Role in Ecosystem. ISSN: 1412-033X Volume 6,
Nomor 2 April 2005 HLM: 141-146
Wardhani, T.S., 2007. Perbandingan Populasi Larva
Odonata di Beberapa Sungai di Pulau Pinang dan Hubungannya dengan Pengaruh
Habitat dan Kualiti
·http://pkbsi.izaa.org/index.php?option=com_content&task=category§ionid=6&id=23&Itemid=63
http://ahlul-leogirl.blogspot.com/2010/05/serangga-tanah-sebagai-bioindikator.html
Kalshoven, L.G.E. 1981. The pest of crop Indonesia. Revised
and translated by P.A van der Laan. PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 701 pp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
koment yang bisa membangun dan bernilai positif. trims. JB us